Thursday, July 4, 2013

MEMASARKAN DIRI SENDIRI



PERTAMA, yang harus di-clear-kan lebih dahulu adalah bahwa memasarkan diri tidak sama dengan menjual diri. Menjual diri tidak sama dengan melacur! Yang saya maksud dengan menjual diri di sini adalah menawarkan diri diri dengan cara apapun supaya diterima di suatu perusahaan. Kayak orang jualan barang lazimnya, seorang salesman bisa saja melakukan bullshitting dengan mengatakan bahwa barang yang dijualnya bagus. Konsentrasi terletak pada suatu usaha persuasi sehingga membuat prospek percaya bahwa barang tersebut memang bagus. Seringkali disertai dengan segala macam rayuan gombal! Atau sebaliknya membuat prospek menjadi kasihan terhadap dirinya, karena target belum tercapai.
Kalau anda lakukan hal semacam ini dalam rangka penjualan diri, inilah fatal. Para interviewer di perusahaan biasanya sudah jauh lebih siap dari segi mental. Dia adalah orang yang menentukan pilihan dari sekian banyak pelamar yang layak dipertimbangkan. Karena itu, biasanya pelamar yang kurang berpengalaman akan berada pada posisi underdog. Nah, dalam situasi seperti itu, bagaimanaAnda bisa ngomong gede tentang diri Anda sendiri? Apa pun yang Anda katakan didengar oleh interviewer. Masalahnya, apakah semuanya akan didengarkan? Didengar berarti kalimat-kalimat Anda diterima. Didengarkan berarti kalimat-kalimat tadi benar-benar masuk kedalam hati interviewer.
Lantas, bagaimana dengan strategi meng-create rasa kasihan? Ini lebih parah lagi. Orang bisa saja membeli barang karena kasihan. Mungkin karena harga barang tersebut cukup murah. Atau, barang itu dibeli untuk nantinya diberikan kepada orang lain. Yang penting, sesudah itu si pembeli tak punya urusan dengan penjual tadi. Amat berbeda masalahnya, jika Anda menjual diri Anda sebagai karyawan. Dalam hal ini pembeli tidak bisa sekedar membeli lantas menaruh atau bahkan memberikannya lagi untuk orang lain.
Bagi interviewer, “membeli” seorang karyawan berarti “menggunakan” karyawan tersebut, bila perlu untuk jangka waktu yang panjang. Bukan cuma itu. Bahkan mereka juga mempertimbangkan apakah calon karyawan bisa cocok dengan company culture yangada.kalau tidak, bisa fatal. Bisa saja si pendatang baru yang nantinya masuk ke perusahaan tidak jadi memperkuat tapi malahan merusak nilai-nilai yang ada dan sudah terbentuk dalam perusahaan tersebut.
Menjual lebih menitikberatkan pada penciptaan omset suat hasil jangka pendek. Karena itu, seorang penjual biasanya mengkonsentrasikan diri untuk mendapatkan hasil dalam waktu sesingkat-singkatnya. Menjual diri, jika menggunakan konsep yang sama akan berakibat fatal! Mengapa? Karena sipembeli tidak gampang percaya begitu saja atau malah memutuskan pembelian itu secara cepat, karena akan mempengaruhi sesuatu untuk jangka panjang.
KEDUA, yang perlu di-clear-kan adalah memasarkan diri bukan berarti mempromosikan diri. Banyak orang confused antara pengertian pemasaran dan promosi. Promosi perlu, tapi hanya merupakan bagian kecil dari pemasaran. Mempromosikan diri secara berlebihan akan kelihatan seperti sedang jualan obat. Ada banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk melaksanakan pemasaran secara lengkap.
KETIGA, jangan ragu-ragu untuk mengatakan bahwa Anda perlu untuk melakukan pemasaran diri. Tidak akan ada yang mengatakan bahwa Anda sedang melanggar kode etik kalau Anda melakukan pemasaran diri. Karena itu, Anda harus bisa memasarkan diri.
Kalau Anda ingin menggunakan konsep pemasaran dalam mencari kerja, pandanglah diri Anda sebagai salah seorang player yang harus bersaing dengan players lain untuk memuaskan pelanggan. Anda mesti tahu, siapa pesaing Anda dan siapa pelanggan Anda. Pesaing Anda adalah semua orang lain yang juga menginginkan pekerjaan yang sedang Anda lamar. Sedangkan pelanggan Anda adalah perusahaan yang sedang Anda lamar itu. Persoalannya sekarang adalah bagaimana membuat Anda dipilih oleh si pelanggan, bukan bagaimana Anda menjual diri kepada pelanggan! Dan ingat, pelanggan hanya memilih orang yang memenuhi kebutuhan, kemauan dan bahkan ekspektasi dia! Peganglah ketiga hal tersebut!
Kebutuhan atau need seringkali Cuma bersifat generik. Sebuah perusahaan mungkin saja sedang membutuhkan seorang salesman untuk menawarkan produknya. Kalau Anda Cuma mengetahui hal tersebut, maka sesungguhnya pengetahuan Anda kurang sekali. Anda mesti terus mencari apa want perusahaan itu. Salesman bagaimana yang dicarinya. Salesman pria atau wanita, umur berapa, punya kendaraan atau tidak. Ini pun masih gampang. Biasanya semua itu sudah tertera di iklan lowongan kerja. Yang jauh lebih sulit adalah mencari tentang ekspektasi atau tingkat harapan! Inilah yang bisa membuat perusahaan puas. Carilah dengan cermat tingkat ekspektasi tersebut, yang biasanya tidak terdapat di iklan.dari mana Anda bisa mendapatkan? Dari mana saja! Kesalahan utama sang pencari kerja adalah tidak mempelajari lebih dulu perusahaan yang dilamarnya. Tentang bisnisnya, tentang persaingannya, tentang kekuatannya, tentang kelemahannya dan seterusnya.
Lebih dari itu, sang pelamar juga harus mencari tahu “struktur kekuatan politik” dalam perusahaan tersebut. Siapa sih sebenarnya yang paling berpengaruh dalam penentuan penerimaan karyawan baru? Seberapa kuat departemen personalia? Apakah sekedar “kantor pos” atau juga memberikan rekomendasi yang serius? Atau bahkan penentu utama yang kelak menjadi pemasok seluruh departemen yang sedang membutuhkan karyawan? Dengan mempelajari hal-hal seperti itu, anda akan lebih bisa melakukan antisipasi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada waktu interviewer pertama, kedua dan berikutnya.
Langkah selanjutnya yang penting Anda buat adalah menentukan diferensiasi diri Anda sendiri, supaya tampak beda dengan pelamar-pelamar lain. Kalau Anda tidak membedakan diri Anda dengan yang lain, Anda hanyalah seorang “me-too-product”. Akibatnya Anda mesti berlomba dalam harga, dalam hal ini gaji! Bukan orang yang tidak punya kelebihan apapun yang bersedia menerima price lebih rendah? Tentu saja Anda tak bisa menentukan gaji Anda dengan sewenang-wenang. Tapi dengan melakukan diferensiasi, Anda punya “hak lebih” untuk meminta!
Bagaimana pendapat Anda?
Dikutip dari Marketing Plus-5 Hermawan Kartajaya

No comments:

Post a Comment