Hidup adalah sebuah pilihan, setiap keadaan adalah sebuah pilihan dan bagaimana kita memilih serta bereaksi terhadap pilihan yang akan kita ambil. Kita diberi kebebasan untuk memilih mengikuti nafsu atau memilih berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Ini yang akan menentukan hidup kita di dunia dan akhirat.
Yang harus kita sadari, kita semua pernah berkomitmen dengan Allah, jauh sebelum
kita dilahirkan.
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan).” QS. Al-A’raf : 172
Hidup akan terus bergulir. Banyak pilihan yang bisa kita ambil, mau jadi pemalas atau pekerja keras, mau jadi orang sombong atau rendah hati.
Maka apakah
kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja),
dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? QS. Al-Mu’minun : 115
Pada intinya arti
hidup dalam Islam adalah ibadah.
“Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Qs Adz
Dzariat : 56).
Hidup ini juga sebagai
ujian
“ Allah yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” ( Qs Al Mulk : 2)
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan,
dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : Inna lillahi wa innaa ilaihi raajiuun” (Qs Al Baqarah : 155-156)
Selamat memilih, kita yamg akan menuai dari pilihan tersebut.
emuanya tertulis lengkap, rencana Allah untuk tiap kepala yang dihidupkan-Nya, di Laul Mahfudz. Berawal
dari penciptaan embrio, kitalah yang dipercaya Allah untuk menjadi
salah satu dari sekian ribu juta manusia bumi. Bukan kebetulan dan
sekali lagi, hidup bukan pilihan. Kitalah sel telur yang berhasil
dibuahi oleh sperma dan tumbuh hingga dewasa seperti sekarang ini. Allah
yang memilih kita, tapi kita tidak bisa memilih untuk tetap bergelung
di dalam rahim ibu. Kita harus dilahirkan dan hidup sebagai seorang Homo sapiens. Yang mungkin belum kita sadari, kita semua pernah berkomitmen dengan Allah, jauh sebelum kita dilahirkan.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab:
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan).” QS. Al-A’raf : 172
Manusia telah diajari bertanggung jawab, bahkan sebelum ia menghirup
oksigen di bumi. Allah sendiri yang berbicara langsung dengan Bani Adam
(keturunan Adam) dan mengambil kesaksian atas masing-masing makhluk
ciptaan-Nya ini. Allah menuntut kita menjadi seorang yang bertanggung
jawab, dengan menepati janji yang telah disepakati kedua belah pihak.
Perlu saya ulangi, kita memang tidak menyadari ada momen dimana kita
berjanji langsung dengan Allah bahwa kita siap berpetualang di planet
biru ini. Tapi telah jelas tertulis di Al-Quran bahwa benar ada adegan
ini dan kita wajib mengimaninya. Siap atau tidak roller coaster akan
segera meluncur. Hidup akan terus bergulir. Tak ada pilihan menjadi
orang malas, karena itu bukan ajaran Islam. Tak ada pilihan menjadi
orang sombong, karena itu bukan ajaran Islam. Tak ada pilihan menjadi
koruptor apalagi pembunuh, karena itu benar bukan ajaran Islam . Yang
ada hanyalah pilihan untuk bersikap selayaknya agama ini diturunkan di
semesta ini, rahmatan lil alamin. Mengapa? Yah, ini
konsekuensinya, kita harus menurut dengan Sang Empunya, menaati semua
peraturan-Nya, dan tidak melanggar larangan-Nya.
Sungguh tidak ada alasan lagi bagi seorang manusia untuk melakukan
perbuatan yang “suka-suka” atau mereka memang sedang sengaja
mendeklarasikan diri sebagai orang yang tak tahu diri. Orang yang tak
bisa menepati janji. Sudah diberi jatah hidup, malah dihabiskan untuk mengkhianati perjanjian di awal dengan pihak kedua, Sang Pencipta.
Dari sini saya makin yakin dengan prinsip yang selama ini masih
abu-abu bahwa hidup memang bukan pilihan. Bukan tempat untuk coba-coba
hal negatif atau coba-coba bermaksiat. Karena hidup dengan kaki
menginjak tanah hitam ini merupakan ujian menuju level selanjutnya,
kehidupan yang kekal : akhirat. Jika kita masih bertahan sebagai salah
satu penduduk bumi, itu artinya kita telah lolos kualifikasi dan
dianggap mampu memakmurkan bumi oleh Allah. Jangan pernah mengkhianati
kepercayaan Allah ini dengan berlaku semena-mena baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun alam tempat tinggal kita. Jangan pernah
mengecewakannya. Ditambah lagi, hidup ini bukan main-main. Allah sendiri
yang mengatakan di Al-Qur’an :
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami? QS. Al-Mu’minun : 115
Mugkin dari sini muncul alasan lain, pemberontakan “Why so serious?”
oleh kalangan yang tak kenal dosa. Semoga kita bukan termasuk
orang-orang golongan ini, golongan yang tidak berpikir. Tidak visioner.
Mereka bersenda gurau berlebihan, berleha-leha di dunia, dan melakukan
sesuatu semau mereka. Apa namanya jika mereka bukan disebut golongan
yang tidak berpikir? Mereka hanya mendapat kesenangan semu, kepuasan dan
tawa renyah sesaat. Tapi balasannya, mereka akan mendapat siksa yang
pedih di akhirat nanti. Mereka masih menganggap hidup memiliki banyak
pilihan yang bisa dimainkan seperti mengocok dadu di meja judi.
Beruntung dan tersenyum haram. Ketidaksabaran menahan godaan untuk tetap
di jalur yang benar harus ditebus dengan kehidupan yang kekal dengan
kondisi sebaliknya dari yang ia lakukan selama di kehidupan fana. Jadi,
tak bisakah kau bersabar sedikit lebih lama demi kehidupan kekal yang
lebih indah, Kawan?
Saya mengalami sendiri, mendapat pencerahan ini adalah efek karena
sering berinteraksi dengan Al-Qur’an. Selain membaca, mentadaburi, dan
(insya allah) mengamalkannya selalu saya coba terapkan. Tak perlu kita,
umat muslim, bingung mencari motivator atau psikiater karena dari kitab
inilah justru jawaban semua masalah hati terpenuhi. Salah satunya adalah
tentang penegas bahwa hidup kita bukan pilihan. Hidup harus
dipertanggungjawabkan.
Yah, bahasa ini memang tak akan bisa seindah Al-Qur’an. Apalah daya
tangan berjari limaku dalam membuat tulisan jika dibandingkan dengan
kuasa-Nya membuat langit, bumi, hingga bakteri Clostridium botulinum di dunia ini. Semoga sedikit ulasan ini bisa menjadi batu lompatan untuk menjadi muslim yang lebih baik lagi. Wallahu’alam bisshawab..
- See more at: http://matasalman.com/hidup-bukan-pilihan/#sthash.4STLPXNK.dpuf
emuanya tertulis lengkap, rencana Allah untuk tiap kepala yang dihidupkan-Nya, di Laul Mahfudz. Berawal
dari penciptaan embrio, kitalah yang dipercaya Allah untuk menjadi
salah satu dari sekian ribu juta manusia bumi. Bukan kebetulan dan
sekali lagi, hidup bukan pilihan. Kitalah sel telur yang berhasil
dibuahi oleh sperma dan tumbuh hingga dewasa seperti sekarang ini. Allah
yang memilih kita, tapi kita tidak bisa memilih untuk tetap bergelung
di dalam rahim ibu. Kita harus dilahirkan dan hidup sebagai seorang Homo sapiens. Yang mungkin belum kita sadari, kita semua pernah berkomitmen dengan Allah, jauh sebelum kita dilahirkan.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab:
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan).” QS. Al-A’raf : 172
Manusia telah diajari bertanggung jawab, bahkan sebelum ia menghirup
oksigen di bumi. Allah sendiri yang berbicara langsung dengan Bani Adam
(keturunan Adam) dan mengambil kesaksian atas masing-masing makhluk
ciptaan-Nya ini. Allah menuntut kita menjadi seorang yang bertanggung
jawab, dengan menepati janji yang telah disepakati kedua belah pihak.
Perlu saya ulangi, kita memang tidak menyadari ada momen dimana kita
berjanji langsung dengan Allah bahwa kita siap berpetualang di planet
biru ini. Tapi telah jelas tertulis di Al-Quran bahwa benar ada adegan
ini dan kita wajib mengimaninya. Siap atau tidak roller coaster akan
segera meluncur. Hidup akan terus bergulir. Tak ada pilihan menjadi
orang malas, karena itu bukan ajaran Islam. Tak ada pilihan menjadi
orang sombong, karena itu bukan ajaran Islam. Tak ada pilihan menjadi
koruptor apalagi pembunuh, karena itu benar bukan ajaran Islam . Yang
ada hanyalah pilihan untuk bersikap selayaknya agama ini diturunkan di
semesta ini, rahmatan lil alamin. Mengapa? Yah, ini
konsekuensinya, kita harus menurut dengan Sang Empunya, menaati semua
peraturan-Nya, dan tidak melanggar larangan-Nya.
Sungguh tidak ada alasan lagi bagi seorang manusia untuk melakukan
perbuatan yang “suka-suka” atau mereka memang sedang sengaja
mendeklarasikan diri sebagai orang yang tak tahu diri. Orang yang tak
bisa menepati janji. Sudah diberi jatah hidup, malah dihabiskan untuk mengkhianati perjanjian di awal dengan pihak kedua, Sang Pencipta.
Dari sini saya makin yakin dengan prinsip yang selama ini masih
abu-abu bahwa hidup memang bukan pilihan. Bukan tempat untuk coba-coba
hal negatif atau coba-coba bermaksiat. Karena hidup dengan kaki
menginjak tanah hitam ini merupakan ujian menuju level selanjutnya,
kehidupan yang kekal : akhirat. Jika kita masih bertahan sebagai salah
satu penduduk bumi, itu artinya kita telah lolos kualifikasi dan
dianggap mampu memakmurkan bumi oleh Allah. Jangan pernah mengkhianati
kepercayaan Allah ini dengan berlaku semena-mena baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun alam tempat tinggal kita. Jangan pernah
mengecewakannya. Ditambah lagi, hidup ini bukan main-main. Allah sendiri
yang mengatakan di Al-Qur’an :
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami? QS. Al-Mu’minun : 115
Mugkin dari sini muncul alasan lain, pemberontakan “Why so serious?”
oleh kalangan yang tak kenal dosa. Semoga kita bukan termasuk
orang-orang golongan ini, golongan yang tidak berpikir. Tidak visioner.
Mereka bersenda gurau berlebihan, berleha-leha di dunia, dan melakukan
sesuatu semau mereka. Apa namanya jika mereka bukan disebut golongan
yang tidak berpikir? Mereka hanya mendapat kesenangan semu, kepuasan dan
tawa renyah sesaat. Tapi balasannya, mereka akan mendapat siksa yang
pedih di akhirat nanti. Mereka masih menganggap hidup memiliki banyak
pilihan yang bisa dimainkan seperti mengocok dadu di meja judi.
Beruntung dan tersenyum haram. Ketidaksabaran menahan godaan untuk tetap
di jalur yang benar harus ditebus dengan kehidupan yang kekal dengan
kondisi sebaliknya dari yang ia lakukan selama di kehidupan fana. Jadi,
tak bisakah kau bersabar sedikit lebih lama demi kehidupan kekal yang
lebih indah, Kawan?
Saya mengalami sendiri, mendapat pencerahan ini adalah efek karena
sering berinteraksi dengan Al-Qur’an. Selain membaca, mentadaburi, dan
(insya allah) mengamalkannya selalu saya coba terapkan. Tak perlu kita,
umat muslim, bingung mencari motivator atau psikiater karena dari kitab
inilah justru jawaban semua masalah hati terpenuhi. Salah satunya adalah
tentang penegas bahwa hidup kita bukan pilihan. Hidup harus
dipertanggungjawabkan.
Yah, bahasa ini memang tak akan bisa seindah Al-Qur’an. Apalah daya
tangan berjari limaku dalam membuat tulisan jika dibandingkan dengan
kuasa-Nya membuat langit, bumi, hingga bakteri Clostridium botulinum di dunia ini. Semoga sedikit ulasan ini bisa menjadi batu lompatan untuk menjadi muslim yang lebih baik lagi. Wallahu’alam bisshawab..
- See more at: http://matasalman.com/hidup-bukan-pilihan/#sthash.4STLPXNK.dpuf