Minggu lalu, ketika transit di
lapangan udara Los Angeles, saya melihat “adegan film” secara langsung. Yang
laki orang hitam, yang perempuan orang putih. Kayaknya mereka mau
berpisah. Yang perempuan mau berangkat ke Dallas. Kebetulan satu pesawat dengan
saya. Yang laki ngantar sampai ke pintu gerbang keberangkatan. Mereka
berpelukan begitu lama, erat dan hangat. Saya lupa kalau sedang berada di Amrik,
jadi agak bingung ketika melihat “adegan” tersebut. Padahal orang lain acuh
saja.
Anehnya pikiran saya langsung melayang
pada teori 2C dan 4C yang sering digunakan untuk menganalisis orang pacaran
sampai kawin.
Katanya dulu, kalau orang pacaran Cuma
melihat pada dua unsur yaitu communication dan commitment. Pokok
komunikasi jalan lancar, lantas ada komitmen dari dua belah pihak, jadilah
keduanya naikke pelaminan.
Komunikasi diperlukan kalau timbul
masalah, sehingga tidak perlu jadi besar,tapi bisa terselesaikan dengan baik.
Sedang komitmen merupakan kunci dari suatu hubungan jangka panjang. Dengan
adanya komitmen, maka kedua belah pihak bisa saling mau mengerti dan mencari
penyelesaian terhadap segala sesuatu kesulitan.
Dengan modal komunikasi dan komitmen
“janur boleh digelar”! Artinya, perkawinan boleh dilangsungkan. Persoalan lain?
Bisa diselesaikan nanti-nanti!
Dengan adanya arus globalisasi, urusan
perceraian dan kawin pun tambah ruwet! Masalahnya informasi yang luas dan
transportasi yang hebat membuat pilihan jadi tidak terbatas. Kalau dulu
komitmen pada saat perkawinan cukup ditandai kalimat “Ya, say bersedia”,
sekarang kalimat “sakral” itu dengan mudah bisa dilupakan. Apalagi kalau
komunikasi sudah tidak jalan, maka perkawinan sudah diambang “berantakan”!
Karena itu orang lantas bilang, bahwa
pada saat ini communication dan commitment saja tidak cukup tapi
mesti dilengkapi dengan 4C yang lain! Apakah itu? Cash, Car, Condominium dan
Career! Uang harus cukup! Tanpa uang perkawinan bisa berantakan. Masalah
kecil bisa jadi besar. Walaupun kebanyakan uang pun juga bisa menimbulkan
masalah yang lain!
Mobil? Kijang pun tidak apa-apa!
Pokoknya jangan sampai kepanasan dan kehujanan. Kan sekarang ada “bulan
gampang dapat Kijang”! “Masa orang lain bisa, kok kita nggak bisa”?
begitu kira-kira gerutu istri yang suaminya belum bisa beli mobil.
Rumah? Bisa kecil, pokoknya rumah
sendiri! Memang tidak perlu kondominium sungguhan, tapi jangan sampai numpang
di “Pondok Mertua Indah”!
Karir? Oh ini yang penting! Kan jadi
istri manajer lebih gagah! Apalagi kalau suami adalah pegawai negeri, istri
juga ada harapan jadi ketua Dharma Wanita, kalau suami punya karir yang bagus!
Nah kalau suami tidak mampu
menyediakan ke empat hal tersebut, istri ikut membantu. Supaya uang cukup,
mobil terbeli, rumah bisa dicicil dan istri bisa mengembangkan kariri sendiri.
Baru kalau 4C tadi terpenuhi, maka komunikasi dan komitmen bisa jalan dengan
baik.
Saya tidak tahu si hitam dan si putih
Cuma punya 2C atau sudah plus 4C, tapi saya bisa membuat analogi dengn hubungan
antara produsen dan pelanggannya! Sebelum era globalisasi tiba, kesetiaan
pelanggan bisa dipertahankan sekedar dengan komunikasi dan komitmen.
Ada banyak contoh nyata, di mana
hubungan perdagangan tradisional Cuma dibuat lewat persahabatan pribadi! Para
pengusaha tradisional yang tidak percaya pada konsep pemasaran, akan Cuma
menekankan pada pemantapan hubungan pribadi. Sampai batas-batas tertentu,
memang benar! Sebab emotional bond yang bersifat personal memang lebih
kuat dari sekedar financial bond yang Cuma bersifat bisnis! Tapi sudah
banyak contoh pula, bahwa pelanggan mendadak jadi “nyeleweng” atau mulai
“mendua” ketika ada pihak ketiga yang bisa memberikan lebih dari komunikasi dan
komitmen.
Seorang in supplier yang merasa
aman karena sudah punya hubungan baik dan punya komitmen pribadi demi pelanggannya,
bisa kaget kalau pada suatu hari ditinggalkan pelanggan lamanya. Bisa jadi ada out
supplier yang memberikan “4C” yaitu keuntungan lebih banyak, fleksibilitas
keinginan, perlindungan terhadap suatu ketidakpastian dan harapan untuk
penggunaan teknologi yang canggih demi keinginan bersama. Inilah analogi dengan
uang, mobil, rumah dan karir tadi!
Komunikasi dan komitmen yang tadinya
sudah terjalin begitu lama memang bisa hilang nilainya, kalau ada supplier lain
yang memberikan ke empat hal tersebut!
Itu persis seperti, seorang suami yang
tidak “mampu” memberi 4C, sehingga istrinya “terpaksa” harus cari sendiri di
luar. Atau mungkin memang karena banyak pilihan, bisa saja 4C tersebut
diberikan oleh pihak ketiga!
Saya sering melihat kekecewaan para in
supplier yang sudah lama tapi “konservatif”. Mereka sangat percaya bahwa
pelanggan tidak akan meninggalkan begitusaja. Soalnya, sekali lagi, sudah ada
komunikasi yang baik dan komitmen jangka panjang!
Tapi persis seperti analogi perkawinan
tadi yang juga bisa berantakan kalau 2C tadi tidak dilengkapi 4C, bisnis pun
demikian. Mempertahankan loyalitas pelanggan sama pentingnya bahkan bisa lebih
penting dari merebut pelanggan baru! Mengapa? Karena merebut pelanggan baru
Cuma merupakan “ekstensifikasi” yang bisa memberikan peluang besar.
Tapi mempertahankan pelanggan lama,
berarti intensifikasi yang bisa memberikan profit lebih besar. Semakin lama
Anda bisa mempertahankan pelanggan Anda, semakin besar pula profit yang bisa
diraih. Maklum, biaya “merawat” hubungan dengan pelanggan lama biayanya lebih
kecil dari pada biaya “merebut” pelanggan baru.
Tapi seperti telah disebutkan di atas
tadi, Anda bisa berpikir terus untuk mengembangkan produk Anda tanpa diminta.
Supaya bisa memberikan profit lebih banyak pada pelanggan Anda. Juga
harussemakin diberikan “fleksibilitas dalam hal delivery terutama dalam
situasi yang makin tidak menentu. Supaya dengan demikian pelanggan juga merasa
ada jaminan atas suatu ketidakpastian.
Masalah hitam putih seperti yang saya
lihat di Los Angeles itu, nggak jadi soal, yang penting, disadari akan perlunya
penerapan konsep 2C+4C tadi, sebab komunikasi dan komitmen saja sudah tidak
cukup lagi!
Bagaimana pendapat Anda?
Dikutip dari Marketing
Plus-5 Hermawan Kartajaya
No comments:
Post a Comment