Keutuhan sebuah rumahtangga sangat dipengaruhi oleh baiknya
kepemimpinan seorang suami (sebagai kepala keluarga) dalam membina
keluarganya. Lebih-lebih lagi adalah SIKAP & PERILAKUnya dalam
bergaul dengan isterinya. Suami isteri sebagai tokoh UTAMA dalam
sesebuah rumahtangga, bila mengalami kerusakan maka bangunan rumahtangga
pun akan runtuh. Disebabkan hubungan ini seharusnya sangat dijaga
dengan memperhatikan HAK & KEWAJIBAN masing-masing. Bagi suami
isteri harus saling menunaikan kewajibannya setelah itu baru boleh
mendapatkan apa yang menjadi haknya.
Jika kita melihat kenyataan dalam masyarakat, dua sikap suami yang
saling bertentangan dalam menyantuni isteri mereka, sikap inilah yang
perlu di ambil perhatian, hal ini dapat menimbulkan masalah yang
berujung dengan sebuah perceraian.
Pertama, suami yang meremehkan isterinya, yang mensia – siakan
hak-haknya & melakukan pelbagai kesalahan berkaitan dengan hak
isterinya.
Kedua, suami melepaskan kendalinya terhadap isteri &
membebaskannya begitu saja (dalam kata lain, , suami ber ‘LEPAS
TANGAN’).
Allah berfirman dalam Al-Quran, Surah An Nisa : 34 :
“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki atas sebahagian yang lain (wanita) & mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yg soleh, ialah yang taat Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita- wanita yg kamu khuatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka & pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka & pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari–cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”
1. Tidak mengajarkan AGAMA dan HUKUM syariat Islam kepada isteri
Banyak kita temui bahwa para isteri tidak mengetahui bagaimana cara
sholat yang betul, hukum haid & nifas, bertingkah laku/berperilaku
terhadap suami secara tidak Islami & tidak mendidik anak-anak
secara Islam. Bahkan ada yang terjerumus ke dalam pelbagai jenis
kesyirikan. Yang menjadi fokus perhatian seorang isteri hanyalah
bagaimana cara memasak & menghidangkan makanan tertentu, cara
berdandan yang cantik dsb. Tidak lain semua kerana tuntutan suami,
sedangkan masalah AGAMA, terutama ibadahnya tidak pernah ditanyakan oleh
suami.
Padahal Allah s.w.t berfirman yang bermaksud:
“Hai orang–orang yang beriman, peliharalah dirimu & keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia & batu, penjaganya malaikat – malaikat yang kasar, keras & tidak mendurhakai Allah terhadap apa yg di perintahkan-Nya kepada mereka & selalu mengerjakan apa yang diperintakan” {Al-Quran, Surah At-Tahrim:6}
Maka para suami diminta untuk tidak sesekali mengABAIkan hal ini,
karena semuanya akan diminta dipertanggungjawaban atasnya. Hendaklah
benar-benar mengajarkan agama kepada isterinya, baik dilakukan sendiri
atau melalui perantara. Antara lain yang dapat dilakukan; menghadiahkan
buku-buku tentang Islam & hukum-hukumnya serta berbincang
bersama-sama, kaset/cd ceramah, mengajak isterinya menghadiri ke
majlis-majlis ILMU yang disampaikan oleh orang-orang yang berilmu dsb..
(yang paling praktis.. ajaklah solat berjamaah di rumah atau di masjid )
2. Suka mencari kekurangan & kesalahan isteri
Dalam suatu hadith riwayat Bukhari & Muslim, Rasulullah s.a.w
melarang lelaki yang berpergian dalam waktu yang lama, pulang menemui
keluarganya di waktu malam, karena dikhawatirkan akan mendapati
berbagai kekurangan isteri & cela isterinya. Bahkan suami diminta
bersabar & menahan diri dari kekurangan yang ada pada isterinya,
juga ketika isteri tidak melaksanakan kewajibannya. Karena suami juga
mempunyai kekurangan & celaan, seperti sabda Rasulullah:
“Janganlah seorang suami yang beriman membenci isterinya yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridhai akhlak lain darinya.” {H.R. Muslim}
3. Memberi hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahan isteri
Ini termasuk bentuk kezaliman terhadap isteri, antara lain iaitu:
(a) Menggunakan pukulan di tahap awal pemberitahuan hukuman {lihat Al-Quran, Surah An-Nisa : 34}
(b) Mengusir isteri dari rumahnya tanpa ada kebenaran secara syar’ie {lihat Al-Quran, Surah Ath-Thalaq : 1}
(c) Memukul wajah, mencela dan menghina.
Dalam as-Sunan dan al-Musnan dari Mu’awiyah bin Haidah al-Qusyairi
bahawa ia berkata: “Ya Rasulullah, apakah HAK isteri atas suaminya? Nabi
s.a.w menjawab:
“Hendaklah engkau memberinya makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek-jelekkannya …..” {H.R. Ibnu Majah disahihkan oleh Syeikh Albani}
4. Culas dalam memberi nafkah kepada isteri
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun yaitu bagi orang yang hendak menyempurnakan penyusuan itu; dan kewajiban ayah ialah memberi makan dan pakaian kepada isterinya itu menurut cara yang sepatutnya. Tidaklah diberatkan seseorang melainkan menurut kemampuannya. Janganlah menjadikan seseorang ibu itu menderita karena anaknya, dan (jangan juga menjadikan) seseorang ayah itu menderita karena anaknya; dan waris juga menanggung kewajiban yang tersebut (jika si ayah telah tiada). kemudian jika keduanya (suami isteri berkeinginan menghentikan penyusuan itu dengan persetujuan (yang telah dicapai oleh) mereka sesudah berunding, maka mereka berdua tidaklah salah (melakukannya). Dan jika kamu hendak beri anak-anak kamu menyusu kepada orang lain, maka tidak ada salahnya bagi kamu apabila kamu serahkan (upah) yang kamu berikan itu dengan cara yang patut. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, serta ketahuilah, sesungguhnya Allah sentiasa melihat akan apapun yang kamu lakukan.” {Al-Quran, Surah Al-Baqarah : 233}
Isteri BERHAK mendapatkan nafkah, kerana dia telah membolehkan
suaminya bersenang–senang kepadanya, dia telah mentaati suaminya,
tinggal di rumahnya, mengasuh & mendidik anak-anaknya. Dan jika
isteri mendapati suaminya culas dalam memberi nafkah, bakhil, tidak
memberikan nafkah kepadanya tanpa ada pembenaran syar’i, maka dia boleh
mengambil harta suami untuk mencukupi keperluannya secara ma’ruf (tidak
berlebihan) meskipun tanpa sepengetahuan suaminya.
Sabda Rasulullah s.a.w:
“Jika seorang muslim mengeluarkan nafkah untuk keluarganya sedangkan dia mengharapkan pahalanya, maka nafkah itu adalah sedekah baginya.” {Muttafaq ‘alaih}
5. Sikap keras, kasar, tidak lembut terhadap isteri
Rasulullah s.a.w bersabda: “Mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik–baik kalian adalah yang paling baik tehadap isteri-isterinya.” {H.R. at-Tirmidzi, disahihkan oleh Syeikh Albani}
Maka suami hendaklah berakhlak baik terhadap isterinya dengan bersikap lembut & menjauhi sikap kasar.
6. Kesombongan suami membantu isteri dalam urusan rumahtangga
Ini kesalahan yang paling banyak MENJANGKITI para suami. Padahal
lelaki yang paling UTAMA yakni Rasulullah s.a.w tidak segan untuk
membantu pekerjaan isterinya.
Ketika Aisyah r.a ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah s.a.w di rumahnya, beliau menjawab:
“Beliau membantu pekerjaan isterinya & jika datang waktu solat, maka beliau pun keluar untuk solat.” {H.R. Bukhari}
7. Menyebarkan rahasia dan aib isterinya
“Sesungguhnya diantara orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang menggauli isterinya & isterinya menggaulinya kemudian dia menyebarkan rahasia-rahasia isterinya.” {H.R. Muslim}
Dalam hadith ini diHARAMkan seorang suami menyebarkan apa yang
terjadi antara dia dengan isterinya terutama perilaku keduanya di tempat
tidur. Juga diharamkan menyebutkan perinciannya, serta apa yang terjadi
pada isterinya baik berupa perkataan maupun perbuatan lainnya.
8. Sikap terburu-buru dalam menceraikan isteri
Wahai suami yang mulia, sesungguhnya hubungan antara engkau &
isterimu adalah hubungan yang kuat lagi suci, oleh karena itu Islam
menganggap penceraian adalah perkara besar yang tidak boleh diremehkan
karena penceraian akan menyeret kepada kerusakan, kacau balaunya
pendidikan anak dsb. Dan hendaknya perkataan cerai/talak itu tidak
digunakan sebagai bahan gurauan/mainan. Karena Rasulullah s.a.w telah
bersabda:
“Ada 3 hal yang kesungguhannya dan gurauannya sama-sama dianggap sungguh-sungguh yaitu: NIKAH, TALAK (cerai) dan RUJUK.” {H.R. Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dinilai “hasan” oleh asy-Syeikh Albani}
Memang perselisihan antara suami isteri sering terjadi kadang sampai
mengarah kepada penceraian. Akan tetapi penceraian ini tidak boleh
dijadikan sebagai langkah pertama dalam penyelesaian perselisihan ini.
Bahkana harus diusahakan berbagai cara untuk menyelesaikannya, karena
kemungkinan besar akan banyak rasa penyesalan yang ditimbulkan
dikemudian hari kelak.
Rasulullah s.a.w bersabda:
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgahsananya di atas air (laut), kemudian ia mengutus para tentaranya. Maka tentara yang paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar fitnahnya (penyesatannya). Maka datanglah salah satu tenteranya dan melapor: Aku telah melakukan ini dan itu, maka Iblis berkata: Engkau belum melakukan apa-apa, kemudian datanglah tentara yang lain dan melapor: Aku telah menggodanya hingga akhirnya aku menceraikannya dengan isterinya. Maka Iblis pun mendekatkan tentara syaitan ini di sisinya lalu berkata: Engkau tentara terbaik.” {H.R. Muslim}
9. Berpoligami tanpa memperhatikan ketentuan syari’at
Menikah untuk kedua kali, ketiga dan keempat kali merupakan salah
satu perkara yang Allah syariatkan. Akan tetapi yang menjadi catatan di
sini bahwa sebahagian orang yang ingin menerapkan syariat ini/telah
menerapkannya tidak memperhatikan sikapnya yang tidak memenuhi kewajiban
serta tanggungjawab terhadap isteri. Terutama isteri pertama &
anak-anaknya.
“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinlah) seorang saja.” {Al-Quran, Surah An-Nisa : 3}
Sikap ini merupakan KEADILAN yang diperintahkan Allah s.w.t. Memang
benar berpoligami merupakan syariat Islam, tetapi jika seseorang tidak
mampu melaksanakannya dengan baik & tidak memenuhi syarat-syaratnya
maka tidak boleh memikul tanggungjawabnya, bila dilakukan maka
menjuruskan kerusakan sebuah rumahtangga, menghancurkan anak-anak &
menambah permasalahan keluarga & juga kepada masyarakat. Maka
fikirkanlah akibatnya & perhatikanlah dengan saksama perkaranya
sebelum masuk kelayakan ke’dalam’nya.
10. Lemahnya kecemburuan
Para suami memBIARkan kemolekan, keindahan & kecantikan isterinya
DINIKMATI & DIPERTONTONkan oleh ramai orang. Dia memBIARkan
isterinya menampakkan auratnya ketika keluar rumah, membiarkan berkumpul
dengan lelaki-lelaki lain. Bahkan sebahagian ada yang BANGGA karena
telah memiliki isteri yang cantik yang boleh dinikmati ‘pandangan’
kebanyakan orang. Padahal wanita dimata Islam adalah makhluk yang SANGAT
mulia, sehingga keindahan & keelokannya hanya diperuntukkan atau
DIKHUSUSkan buat suaminya saja dan tidak sesekali di’jaja’ sebebasnya
kemana-mana.
Seorang suami yang memiliki kecemburuan terhadap istrinya tidak akan
membiarkan isterinya berjabat tangan dengan lelaki lain yang BUKAN
mahram.
“Ditusukkan kepala seorang lelaki dengan jarum dari besi lebih baik daripada dia menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” {lihat dalam ash-Shahihah : 226}
Seorang suami yang memiliki kecemburuan terhadap isterinya, dia akan memperhatikan sabda Rasulullah s.a.w:
“Janganlah kalian masuk menemui para wanita.” lalu seorang Ansar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan al-hamwu (kerabat suami/ipar )?” Beliau mengatakan, “Al- hamwu (ipar) adalah kematian.” {Muttafaq ‘alaih}
Perhatikan juga ancaman Rasulullah s.a.w terhadap lelaki yang tidak memiliki kecemburuan terhadap keluarga (isteri):
“Tiga golongan yang Allah s.w.t tidak akan melihat mereka pada hari kiamat iaitu seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai lelaki dan ad-Dayyuts” {H.R. An-Nasa’i dinilai ‘hasan’ oleh syeikh Albani, lihat ash-Shahihah : 674}
Dan ad-Dayyuts(dayus) adalah LELAKI yang tidak memiliki kecemburuan terhadap keluarganya.
10 Kesalahan Isteri terhadap Suami
1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna
Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu
indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel
maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah pernikahan.
Kelelahan yang sangat, cape, masalah keuangan, dan segudang problematika
di dalam sebuah keluarga luput dari gambaran nya.
Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.
Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia
kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu
saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan
gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.
Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat
lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong,
romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.
2. Nusyus (tidak taat kepada suami)
Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada
suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami,
melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada
kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
1. Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
2. Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
4. Lalai dalam melayani suami
5. Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
6. Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
7. Keluar rumah tanpa izin suami
8. Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Seorang istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada
suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam
kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi
apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka.
Ketaatan istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan
cinta dan memelihara kesetiaan suami.
3. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih
sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun
waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada
orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan
memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia
menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta,
perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian istri berani
menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha
merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri
sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga
suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk
memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai
keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan
berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah
lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’. Kedua orang
tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah keluarga istri,
demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami
merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan
bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami.
Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak menjaga penampilan
Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian
yang indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian,
menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun
teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara
lainnya di luar rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan
suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya
mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau,
rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang
menyengat.
Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran
jika suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di
luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya dia lebih ditujukan
kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah
diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak
untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang
istri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak
puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha
secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan
keinginan-keinginan istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya.
Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang diberikan kepadanya lewat
suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat qona’ah dan
ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari
dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya mampu memahami keterbatasan
kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak
mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang
telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah
kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan bertambah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.”
Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.
Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu
memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah.
Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka.
Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah
mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami
dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang
suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat
sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan
mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya.
Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam
hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari
kita lihat diri setiap kita, kita saling introspeksi , apa dan bagaimana
yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari
kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah
disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat,
satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama
matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan,
masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti
menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah
ajalmu, bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan
isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya
(berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah,
seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah
dengan kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama
ini , jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri, jangan
sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada
neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami;
janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami
kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang
istri. Yang jadi masalah adalah jika seorang istri menyebut
kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit
kebaikannya semata.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah
tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia
tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya,
“Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang
yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah
palsu ketika menjual. ” [HR. Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah.
Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak
sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya
sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya
terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum
beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum
mandi, dan lain sebagainya. Jika hni terjadi terus menerus, bisa jadi
suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar
atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta.
Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri
merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada
di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak
mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat
berubah menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri terhadap suami
karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi
hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri lain ketimbang
dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini
adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan
bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan
bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan dan
kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman ketika ada di
rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan
dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan istri kepada
dirinya.
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan
ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam
setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia
mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan
mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk
menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan
menyejukkan ketika dipandang suaminya.
Demikian beberapa kesalahan-kesalahan istri yang terkadang dilakukan
kepada suami yang seyogyanya kita hindari agar suami semakin sayang pada
setiap istri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah,
mawadah, warohmah.
amin…
Semoga bermanfaat
http://www.eramuslim.com/akhwat/wanita-bicara/10-kesalahan-suami-terhadap-isteri.htm#.VJd58cBA
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
ReplyDeleteKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل