Kita diciptakan Allah sesempurna mungkin, walau tak ada yang sempurna
selain dari Sang Pencipta itu sendiri. Kita dibekali dengan nafsu, akal, dan
hati. Sudah dimaklumi bahwa Allah menciptakan kita di dunia ini dengan tujuan
agar kita beribadah hanya kepada Allah. Kita menghamba, tunduk, patuh,
menghinakan diri dan merendahkan diri di hadapan Allah Ta’ala. Inilah tujuan
utama, dan inilah tujuan yang paling mulia. Maka, ketika Allah mentakdirkan
berbagai ketetapan-Nya bagi manusia, tidak lain karena Allah menginginkan agar
manusia kembali kepada-Nya untuk merealisasikan tujuan hidupnya di dunia ini.
Seringkali kita berputus asa tatkala mendapatkan kesulitan (masalah) atau masalah. Padahal Allah telah memberi janji bahwa di balik kesulitan (masalah), pasti ada jalan keluar yang begitu dekat.
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan (masalah) itu ada Kemudahan
(berkah).” (QS. Alam Nasyroh: 5)Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada Kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh:
6)Kemudahan (berkah) akan terus menemani kesulitan (masalah), walaupun di medan yang sesulit apapun.
Allah Ta’ala berfirman,
سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)
Selama hidup di dunia, seorang manusia terus saja mendapati kesusahan
dan kesulitan (masalah). Semenjak dilahirkan, di masa kecil, remaja dewasa,
bahkan sampai kematian pun berbagai kesulitan (masalah) senantiasa mengiringi.
Ini adalah ketetapan Allah bagi manusia, selama mereka belum kembali ke dalam
surga yang penuh kenikmatan. Allah ta’ala berfirman,
لَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (al-Balad: 4)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (al-Balad: 4)
Dan ini adalah suatu kewajaran, karena Allah menjadikan dunia ini
sebagai tempat ujian dan cobaan bagi umat manusia. Tidak dinamakan cobaan jika
tidak ada kesulitan (masalah) sama sekali di sana. Oleh karenanya, bukanlah
suatu keinginan realistis ketika seseorang ingin menghindari semua kesulitan
(masalah). Akan tetapi seorang yang cerdas lagi mengetahui hakikat akan
berusaha mencari tahu bagaimana sikap yang harus ditempuh dalam menghadapi
berbagai kesulitan (masalah).
Hikmah
dibalik kesulitan (masalah)
Tidaklah Allah menimpakan suatu musibah kepada manusia, kecuali
bertujuan agar dia kembali kepada-Nya. Sehingga, sebaik-baik perkataan yang
diucapkan oleh orang yang tertimpa musibah adalah perkataan,
إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali
hanya kepada-Nya.”
Kalimat ini mengandung makna bahwa kita semua adalah makhluk yang
dikuasai, dimiliki dan dibawah pengaturan Allah ta’ala. Sedangkan kita semua
akan kembali kepada-Nya di akhirat kelak. Sehingga ketika Allah berkehendak
menimpakan musibah kepada kita, maka itu adalah hak-Nya, dan kita tidak berhak
memprotes. Kita berkewajiban untuk bersabar menghadapi musibah itu, karena
sabar terhadapnya adalah diperintahkan oleh-Nya.
Sehingga berbagai kesulitan (masalah) dan musibah yang menimpa hamba,
sesungguhnya adalah pengingat bagi hamba akan kerendahan dan kelemahan dirinya
dihadapan Allah. Pengingat bahwa dia akan kembali kepada Allah Ta’ala. Yang
dengan itu diharapkan dia akan kembali menghamba kepada Allah, mempersiapkan
diri menyambut akhirat dengan ketakwaan.
Dari paparan tersebut, kita mengetahui ternyata Allah menimpakan musibah
dan menakdirkan kesulitan (masalah) bukan untuk menyulitkan hamba-Nya, apalagi
menzhaliminya. Maha suci Allah dari hal demikian. Akan tetapi, musibah dan kesulitan
(masalah) itu adalah ujian yang manfaatnya akan kembali kepada hamba, yang
kebanyakan adalah sebagai akibat dari ulah hamba itu sendiri.
Nabi shollallohu’alaihi wa
sallam bersabda,
وَأَنَّ
الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Dan sesungguhnya kelapangan ada bersama dengan kesempitan, dan bersama kesulitan
pasti ada Kemudahan.” (Riwayat Ahmad)
Allah ta’ala berfirman,
حَتَّى
يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلا إنَّ
نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya,
‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah
itu amat dekat.’” (QS. Al-Baqarah: 214)
Dan perlu kita pahami bahwa Kemudahan (berkah) ini terkadang berupa
kesuksesan yang Allah berikan kepada hamba-Nya dalam menghadapi kesulitan
(masalah) ini, dan terkadang berupa kelapangan dada untuk sabar dan ridha
menerima takdir dan kehendak Allah ini. Sehingga janganlah kita sampai
berprasangka buruk kepada Allah ta’ala ketika mendapati suatu kesulitan
(masalah) dan musibah.
Bagaimana
meraih Kemudahan (berkah)?
Janji yang Allah berikan kepada hamba-Nya bahwa setiap kesulitan
(masalah) pasti ada Kemudahan (berkah), bukan berarti kita boleh berpangku
tangan menunggu tanpa usaha meraih Kemudahan (berkah) dari Allah ta’ala. Bahkan
Allah ta’ala telah menjelaskan jalan-jalan untuk menggapai Kemudahan (berkah)
dan pertolongan dari Allah ta’ala. Karena Allah telah menjadikan segala sesuatu
dengan sebabnya. Berikut ini beberapa usaha yang seyogyanya kita lakukan dalam
rangka meraih Kemudahan (berkah) dari Allah ta’ala:
1. Bertakwa kepada Allah ta’ala.
Berdasarkan firman Allah ta’ala,
Berdasarkan firman Allah ta’ala,
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (ath-Thalaq: 2)
2. Bertawakal hanya kepada Allah.
Karena Allah ta’ala berfirman,
Karena Allah ta’ala berfirman,
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
(ath-Thalaq: 3)
3. Bersabar dan menguatkan kesabaran.
Allah ta’ala berfirman,
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Ali
‘Imran: 200)
4. Ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan Allah.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (al-Ankabut: 69)
5. Meluruskan dan menguatkan keimanan.
Allah ta’ala berfirman,
Allah ta’ala berfirman,
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami selalu berkewajiban
menolong orang-orang yang beriman.” (ar-Rum: 47)
6. Mengenal Allah dalam keadaan lapang.
Rasulullah shollallohu’alaihi wa sallam bersabda,
Rasulullah shollallohu’alaihi wa sallam bersabda,
تَعرَّفْ إلى اللهِ في الرَّخاء يَعْرِفْك في الشِّدَّةِ
“Kenalilah Allah dalam keadaan
lapang, niscaya Allah akan mengenalmu dalam keadaan sempit.” (Riwayat Ahmad).
Maksudnya, jika seorang hamba
dalam keadaan lapangnya tetap bertakwa kepada Allah, menjaga
batasan-batasan-Nya, dan memperhatikan hak-hak-Nya, berarti dia telah mengenal
Allah dalam keadaan lapang. Dan dengan itulah Allah akan menyelamatkannya dari
berbagai kesusahan dan kesulitan (masalah).
7.
Berbuat apapun harus didasari
ilmu
Ilmu
adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal jadi lurus dan berkembang
bila didasari ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan tidak ubahnya dengan
berjalan, bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan kepada tujuan bahkan
malah bisa menjauhkan. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan
ilmu, baik itu yang berupa amal ibadah maupun amal perbuatan lainnya. Disaat
kita ditimpa kesulitan (masalah) kalau kita tahu ilmunya pasti kita akan
menemukan jalan keluar dari kesulitan (masalah) tersebut. Dalam Al Quran
dijelaskan, bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang
diberikan Allah untuk manusia.
“Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu” (QS. Al ‘Ankabut:43)
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az Zumar : 9)
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az Zumar : 9)
Allah juga
menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an. “Sebenarnya,
Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi
ilmu.” (QS. Al Ankabut:49)
Ilmu akan
mengantarkan kita pada jalan kebaikan. Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa
yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu. Niscaya Allah akan mudahkan jalan
menuju surga” (HR. Abu Daud).
8.
Memohon pertolongan kepada
Allah
Mengupayakan
seuatu, terutama dalam menghadapi kesulitan (masalah), iringilah dengan doa.
Dengan berdoa, kita meyakini adanya Allah yang akan menolong kita dalam keadaan
apapun, otomatis ada keimanan dalam diri kita. Dengan penuh keyakinan, kita
meyakini bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa.
Allah
berfirman,
“Tidak ada
yang dapat memberikan pertolongan kepada kalian selain Allah. Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana dalam memberikan pertolongan kepada hamba-Nya.”
(QS. Al-Anfal, 8-10)
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan orang
yang sabar dalam menghadapi setiap ketentuan-Mu. Jadikanlah kami sebagai
hamba-Mu yang selalu bertawakkal dan bergantung pada-Mu. Amin Ya Mujibas
Saa-ilin.
Dikutip dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment