Wednesday, February 5, 2014

MASALAH ATAU BERKAH



Kita diciptakan Allah sesempurna mungkin, walau tak ada yang sempurna selain dari Sang Pencipta itu sendiri. Kita dibekali dengan nafsu, akal, dan hati. Sudah dimaklumi bahwa Allah menciptakan kita di dunia ini dengan tujuan agar kita beribadah hanya kepada Allah. Kita menghamba, tunduk, patuh, menghinakan diri dan merendahkan diri di hadapan Allah Ta’ala. Inilah tujuan utama, dan inilah tujuan yang paling mulia. Maka, ketika Allah mentakdirkan berbagai ketetapan-Nya bagi manusia, tidak lain karena Allah menginginkan agar manusia kembali kepada-Nya untuk merealisasikan tujuan hidupnya di dunia ini.

Seringkali kita berputus asa tatkala mendapatkan kesulitan (masalah) atau masalah. Padahal Allah telah memberi janji bahwa di balik kesulitan (masalah), pasti ada jalan keluar yang begitu dekat.
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan (masalah) itu ada Kemudahan (berkah).” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada Kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6)
Kemudahan (berkah) akan terus menemani kesulitan (masalah), walaupun di medan yang sesulit apapun.
Allah Ta’ala berfirman,
سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)
Selama hidup di dunia, seorang manusia terus saja mendapati kesusahan dan kesulitan (masalah). Semenjak dilahirkan, di masa kecil, remaja dewasa, bahkan sampai kematian pun berbagai kesulitan (masalah) senantiasa mengiringi. Ini adalah ketetapan Allah bagi manusia, selama mereka belum kembali ke dalam surga yang penuh kenikmatan. Allah ta’ala berfirman,
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (al-Balad: 4)
Dan ini adalah suatu kewajaran, karena Allah menjadikan dunia ini sebagai tempat ujian dan cobaan bagi umat manusia. Tidak dinamakan cobaan jika tidak ada kesulitan (masalah) sama sekali di sana. Oleh karenanya, bukanlah suatu keinginan realistis ketika seseorang ingin menghindari semua kesulitan (masalah). Akan tetapi seorang yang cerdas lagi mengetahui hakikat akan berusaha mencari tahu bagaimana sikap yang harus ditempuh dalam menghadapi berbagai kesulitan (masalah).
Hikmah dibalik kesulitan (masalah)
Tidaklah Allah menimpakan suatu musibah kepada manusia, kecuali bertujuan agar dia kembali kepada-Nya. Sehingga, sebaik-baik perkataan yang diucapkan oleh orang yang tertimpa musibah adalah perkataan,
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali hanya kepada-Nya.”
Kalimat ini mengandung makna bahwa kita semua adalah makhluk yang dikuasai, dimiliki dan dibawah pengaturan Allah ta’ala. Sedangkan kita semua akan kembali kepada-Nya di akhirat kelak. Sehingga ketika Allah berkehendak menimpakan musibah kepada kita, maka itu adalah hak-Nya, dan kita tidak berhak memprotes. Kita berkewajiban untuk bersabar menghadapi musibah itu, karena sabar terhadapnya adalah diperintahkan oleh-Nya.
Sehingga berbagai kesulitan (masalah) dan musibah yang menimpa hamba, sesungguhnya adalah pengingat bagi hamba akan kerendahan dan kelemahan dirinya dihadapan Allah. Pengingat bahwa dia akan kembali kepada Allah Ta’ala. Yang dengan itu diharapkan dia akan kembali menghamba kepada Allah, mempersiapkan diri menyambut akhirat dengan ketakwaan.
Dari paparan tersebut, kita mengetahui ternyata Allah menimpakan musibah dan menakdirkan kesulitan (masalah) bukan untuk menyulitkan hamba-Nya, apalagi menzhaliminya. Maha suci Allah dari hal demikian. Akan tetapi, musibah dan kesulitan (masalah) itu adalah ujian yang manfaatnya akan kembali kepada hamba, yang kebanyakan adalah sebagai akibat dari ulah hamba itu sendiri.
Nabi shollallohu’alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Dan sesungguhnya kelapangan ada bersama dengan kesempitan, dan bersama kesulitan pasti ada Kemudahan.” (Riwayat Ahmad)
Allah ta’ala berfirman,
حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلا إنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.’” (QS. Al-Baqarah: 214)
Dan perlu kita pahami bahwa Kemudahan (berkah) ini terkadang berupa kesuksesan yang Allah berikan kepada hamba-Nya dalam menghadapi kesulitan (masalah) ini, dan terkadang berupa kelapangan dada untuk sabar dan ridha menerima takdir dan kehendak Allah ini. Sehingga janganlah kita sampai berprasangka buruk kepada Allah ta’ala ketika mendapati suatu kesulitan (masalah) dan musibah.
Bagaimana meraih Kemudahan (berkah)?
Janji yang Allah berikan kepada hamba-Nya bahwa setiap kesulitan (masalah) pasti ada Kemudahan (berkah), bukan berarti kita boleh berpangku tangan menunggu tanpa usaha meraih Kemudahan (berkah) dari Allah ta’ala. Bahkan Allah ta’ala telah menjelaskan jalan-jalan untuk menggapai Kemudahan (berkah) dan pertolongan dari Allah ta’ala. Karena Allah telah menjadikan segala sesuatu dengan sebabnya. Berikut ini beberapa usaha yang seyogyanya kita lakukan dalam rangka meraih Kemudahan (berkah) dari Allah ta’ala:
1.      Bertakwa kepada Allah ta’ala.
Berdasarkan firman Allah ta’ala,
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (ath-Thalaq: 2)
2.      Bertawakal hanya kepada Allah.
Karena Allah ta’ala berfirman,
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (ath-Thalaq: 3)
3.      Bersabar dan menguatkan kesabaran.
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Ali ‘Imran: 200)
4.      Ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan Allah.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (al-Ankabut: 69)
5.      Meluruskan dan menguatkan keimanan.
Allah ta’ala berfirman,

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (ar-Rum: 47)
6.      Mengenal Allah dalam keadaan lapang.
Rasulullah shollallohu’alaihi wa sallam bersabda,
تَعرَّفْ إلى اللهِ في الرَّخاء يَعْرِفْك في الشِّدَّةِ
“Kenalilah Allah dalam keadaan lapang, niscaya Allah akan mengenalmu dalam keadaan sempit.” (Riwayat Ahmad).
Maksudnya, jika seorang hamba dalam keadaan lapangnya tetap bertakwa kepada Allah, menjaga batasan-batasan-Nya, dan memperhatikan hak-hak-Nya, berarti dia telah mengenal Allah dalam keadaan lapang. Dan dengan itulah Allah akan menyelamatkannya dari berbagai kesusahan dan kesulitan (masalah).
7.      Berbuat apapun harus didasari ilmu
Ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal jadi lurus dan berkembang bila didasari ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan tidak ubahnya dengan berjalan, bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan kepada tujuan bahkan malah bisa menjauhkan. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa amal ibadah maupun amal perbuatan lainnya. Disaat kita ditimpa kesulitan (masalah) kalau kita tahu ilmunya pasti kita akan menemukan jalan keluar dari kesulitan (masalah) tersebut. Dalam Al Quran dijelaskan, bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia.
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (QS. Al ‘Ankabut:43)
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az Zumar : 9)
Allah juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an. “Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.” (QS. Al Ankabut:49)
Ilmu akan mengantarkan kita pada jalan kebaikan. Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu. Niscaya Allah akan mudahkan jalan menuju surga” (HR. Abu Daud).
8.      Memohon pertolongan kepada Allah
Mengupayakan seuatu, terutama dalam menghadapi kesulitan (masalah), iringilah dengan doa. Dengan berdoa, kita meyakini adanya Allah yang akan menolong kita dalam keadaan apapun, otomatis ada keimanan dalam diri kita. Dengan penuh keyakinan, kita meyakini bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa.
Allah berfirman,
“Tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kepada kalian selain Allah. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana dalam memberikan pertolongan kepada hamba-Nya.” (QS. Al-Anfal, 8-10)

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan orang yang sabar dalam menghadapi setiap ketentuan-Mu. Jadikanlah kami sebagai hamba-Mu yang selalu bertawakkal dan bergantung pada-Mu. Amin Ya Mujibas Saa-ilin.

Dikutip dari berbagai sumber


No comments:

Post a Comment